Kemanakah jiwa umat islam?  

Diposting oleh defrin


jam 8 pagi waktu kairo, aku bertekad keluar rumah, dinginnya kota kairo tak bisa menghilangkan tekadku untuk keluar dari persemedianku.dengan mengenakan jaket lusuhku aku langkahkan kakiku yg tak karuan,ngantuk karena semalam hanya tidur 4 jam.rokok Viceroy mencoba melawan udara kairo yg dingin tapi tak ada kehangatan yg aku dapatkan.
setelah berjalan beberapa langkah aku tiba di mahattah, banyak orang mesir disana dengan sabarnya mereka menunggu tranportasi yang akan membawanya mencari nafkah.aku bergabung dengan mereka, sesekali mereka memandangiku, aneh mungkin melihat cowok yang berambut sampai bahu, tapi aku tak hiraukan mereka karena prinsip hidupku tak akan berubah "Aku ingin menjadi Aku"
sekitar setengah jam di mahattah akhirnya bis yang menjadi idamanku muncul juga, dengan segala kekuatanku aku mencoba menaikinya meskipun penumpangnya sudah sangat melampaui batas, sampai pintu bis-pun menjadi tempat berdiri.SESAK itulah kira-kira yang dapat menggambarkan keadaan bis tersebut.
1 jam aku berada dalam bus tersebut akhirnya tempat yang menjadi tujuanku telah terlihat di depan mata, aku keluar dengan nafas lega sambil bergumam "aku telah keluar dari neraka."
mataku tertuju pada bangunan kampus tertua se-dunia Al-azhar university begitulah orang menjulukinya.di kampus tua itu aku tersenyum melihat akhlak dan perilaku mahasiwanya, norak, nakal, dan ndeso, tapi aku tak hiraukan mereka, aku langsung ke tempat penjualan buku-buku kesayanganku, disana kutemukan sebuah buku kecil yang judulnya tentang biografi sastrawan dan filosof mesir Abbas al-aqod, aku tertarik melihatnya dan langusng membelinya, pertama karena aku tertarik untuk membacanya dan kedua karena harganya yang murah, hanya 5 L.e.
Sambil ditemani sebatang rokok Viceroy aku mulai membacanya dan kesan yang kudapatkan dari buku tersebut lumayan bagus apalagi ketika aku sampai kepada prinsip dan pegangan beliau yang mengatakan bahwa "Aku tidak akan berhenti membaca dan menulis kecuali apabila nafasku telah sampai di kerongkongan," membaca pernyatan tersebut memori di otakku langsung mengingatkan aku pada pernyataan Mohammad Iqbal beliau adalah ulama dari india yang mengatakan bahwa "lebih baik kafir yang aktiv dari pada muslim yang suka tidur (tak aktiv)."
Dua pernyataan tersebut seakan-akan menyindir realitas umat islam dewasa ini, dimana umat muslim yang hanya mabuk kepada urusan duniawi saja tanpa adanya kepedulian terhadap agamanya, agama seakan-akan hanya di anggap barang sampingan, maka jangan heran apabila kita sering mendengar pernyataan "Agamaku islam kok, lihat saja di KTP-ku..!"
Dan dua pernyataan tersebut yang menurut Jamaluddin Al-afghani yang telah menjadikan umat islam mundur dan terbelakang dari barat. disamping masih ada faktor-faktor lain yang sempat disinggung oleh Jamaluddin Al-afghani diantaranya karena kejumudan berfikir, pengkultusan taqlid buta, dan ta'assub kepada madzhab atau ulama-ulama terdahulu.
Tak terasa adzan dzuhur telah dikomandankan dan aku tutup buku kecil itu sambil bergegas menuju masjid Al-azhar
tapi di otakku masih tersimpan banyak pertannyaan yang mengganjal "kemanakah jiwa umat islam yang dahulu?"