Dialog Kita Tentang Kita  

Diposting oleh defrin

Kita tidak sedang mengukir mawar di sebuah batu nisan, melainkan batu nisanlah yang semestinya mengukir kita dengan mawar.

Pun kita juga bukan tengah melukis sketsa hati di kanvas putih, justru sebaliknya, hatilah yang seharusnya melukis sketsa kebersamaan kita.

Dan kita tak seharusnya menulis puisi cinta lewat kata manja, karena kata manjalah yang sewajarnya menulis puisi tentang kita.

Sebenarnya kita tidaklah sedang menyimpan malu untuk rindu, karena sejatinya, rindulah yang malu pada kita.

Saat kita tak berdua, perasaan kita kerap dirayu cemburu, padahal cemburulah yang secara diam-diam merayu perasaan kita.

Lalu, kala kita merasa terluka, kau bilang, cintalah penyebab dari segala, walau kenyataannya, lukalah yang membuat cinta kita makin terasa.

Kau bilang: Bagaimana hubungan kita setelah kematian?

Aku bilang: Bagaimanakah cara kematian memisahkan kita?

Kau jawab: Tapi aku takut akan hari perpisahan

Aku jawab: Malah aku lebih takut pada pertemuan

"Sayang, apa Tuhan akan menjodohkan kita?

"Bahkan kitalah, yang akan menjodohkan Tuhan dengan cinta kita"


"Ah... Kau Lebbay"

"Begitulah cintamu mengajarkan"

Mabuk  

Diposting oleh defrin

Seperti halnya tubuh, cintapun butuh peristirahatan.

Dari lelahnya pertikaian, demi sebuah perbaikan.

Dari kerasnya kehidupan, untuk keabadian.

Dari jauhnya perjalanan, demi pencapaian.

Dari sakitnya penderitaan, menuju kesetiaan.

Dan dari gempuran dosa, untuk satu cita;

Surga.

Memandangmu, seakan membawaku pada sebuah taman anggur di musim gugur, buahnya yang ranum, rantingnya nan lentur, dan daunnya yang mulai menguning akibat fotosintesis matahari, serta aliran sungai kecil yang menari diatas bebatuan, menjadikan buah-buah anggur diatas sana, seperti sepasang kekasih, yang tengah duduk diatas pelaminan.

"Kau tahu, mengapa aku membawamu ke tempat ini?"

"Bukankah Kau tidak pernah jujur padaku tentang apapun, kecuali tentang cinta?"

"Lihatlah anggur itu, apakah mereka pernah hidup tak bersamaan?"

"Lalu, hanya alasan itu saja?"

"Mereka mabuk pula memabukkan"

Aku terdiam, saat tanganmu memetik dua buah anggur merah diatas kepalaku.

"Ini untukmu, dan ini untukku, makanlah! Sekedar meredam lahar dalam jiwa kita"

Pagi menyongsong, lalu kudapati tubuhku tengah terhempas diatas batu kecil, tempat persembunyian bunga violet semalam. Tapi mengapa tak kutemukan tubuhmu? Apakah ini hanyalah ilusi dari kerinduanku padamu?

Lantas, bagaimana dengan sisa anggurmu semalam, yang masih melekat di bibirku, wangi kasturi yang kau taburkan di tubuhku, juga masih mengecup hangat di leherku. Apa ini yang kau sebut "mabuk pula memabukkan?"


Ujian  

Diposting oleh defrin

Sungguh, tak ada lagi mimpi tentang bidadari, yang sutera gila pujangga, yang diperkosa serigala bermata cinta, lenyap begitu saja.

Menyisakan puing-puing dibalik cadar gulita, hanya setapak jejak membekas di labirin nestapa, oh...inikah kehidupan? tapi mengapa hampir mirip dengan kematian? atau jangan-jangan ini kuburan? hanya hitam yang menjawab pertanyaan malam.

Siang menabuh genderang, saat anak hujan tengah berlarian di taman, memainkan ilalang yang terbang bersama layang-layang, tapi sayang, tali layangan tersangkut di tubuh seorang perempuan, hingga akhirnya, anak hujan terpaksa pulang sendirian.

Langit berlipstik jingga, merayu kabut agar terlelap di dadanya, ia turun mendekati gunung, sesekali mencibir rembulan yang terluka,

"Hai Rembulan, bertahankah kau dengan luka di tanganmu?"

"Tak tahukah kau arti luka Kawan, ia adalah cinta yang sempurna"

Subuh jatuh dalam pelukan mentari, bersamaan dengan daun kering yang tengah menari diatas tubuh bumi, sesekali melirik pada kupu-kupu kecil yang mengais harap diatas selembar anggrek biru.

"Malang nian nasibmu Kupu" ucap seekor lebah yang satu sayapnya sudah patah

Inikah ujian hidup? atau lebih tepat disebut bertahan untuk hidup? atau mungkin ini adalah salah satu resiko hidup?