Monolog Sebuah Dosa
Bukan, bukan seperti bayi yang sering mereka apologikan, bukan demikian Sayang, karena sungguh, kita tak akan pernah kembali seperti bayi, kita tak kan pernah sanggup sepenuhnya suci, ada banyak dosa, ada beribu noda, ada berjuta alpa, yang lebih dulu membuat kita tua renta.
Tanpa kita sadari, kita lahir dalam keadaan berdosa, sembilan bulan lamanya, kita telah merenggut ketenangan bunda, sembilan bulan lamanya, kita curi mimpi indahnya, sembilan lamanya, kita rampas tubuhnya, bahkan saat persalinanpun, harus berliter-liter darah yang ia korbankan demi sebuah senyuman, apa itu bukan dosa?
Lalu saat kematian datang mencabut cita-cita, lagi-lagi kita telah berdosa, saat senyuman sanak keluarga, telah kita gantikan dengan duka, bukankah itu dosa?
Lantas, apakah manusia akan selalu berdosa?
Dosa itu seperti jejak kaki onta di padang pasir, tiap kali jejak itu hilang terhempas angin, maka akan selalu ada jejak-jejak baru yang tertinggal disana, seperti pula dengan kanvas putih, adakah kita rasakan nilai estetika sebuah lukisan, tanpa tumpahan tinta?
Dari sanalah, akan lahir pahala-pahala baru dari rahim dosa.
Ingatkah kau pada Adam?Saat ia berdosa, Tuhan tidak serta-merta menyiksanya dalam neraka, malah, Tuhan langsung mendekralasikannya sebagai penguasa bumi, karena Tuhan tahu, manusia tanpa dosa, adalah penciptaan yang sia-sia.
Dan saat itulah pahala-pahala baru terlahir, dari satu rahim; Dosa
[Fiksi Mini] Hari Raya
Sehabis sholat Ied, sang anak langsung bergegas mencium tangan ibunya, sang ayah yang tengah duduk sebelah ibu, tiba-tiba protes "mengapa bukan tanganku yang kau cium duluan?""kalau tanpa rayuan dan kecupan ibu, pasti ayah tak kan mau membelikanku baju baru"
"Jangan kali ini Sayang, aku mohon..."
"Tenang saja Sayang, aku sudah sedia kondom kok"
Sang perempuan lalu berdiri membetulkan rok mininya "kau lihat label di merk ini, aku tak ingin kau nodai dengan tangan kotormu itu"
Lelakinya bingung, di benaknya hanya ada satu kalimat "Iedul Fitri made in China"
Pagi itu, sang raja menyebarkan selebaran ucapan selamat pada rakyatnya, tiba-tiba seorang anak kecil berlari membawa selebaran tersebut pada bapaknya
"Papa...cepat pergi ke istana raja, dia sekarang lagi butuh bantuan maaf dari kita"
Bu, saya ingin baju baru
"sudahlah Nak, kain kafan peninggalan ayahmu kan masih bagus, toh manusia lebih suka melihat kita telanjang kok"
Ucap sang kuntilanak sambil melepas rantai di tubuh anaknya.
"Teruntuk Tuhanku
Saya atas nama pribadi, mengucapkan, Mohon Maaf Lahir dan Batin"
Tulis seorang pemuda di catatan Facebooknya
Tiba-tiba, akun dengan nama "Tuhanmu" menjawab catatan tadi
"Sama-sama hambaku, Aku juga mohon maaf, kalau tak sempat menciummu di surga"
0 komentar