Mengenali cintamu telah membikin aku tak takut luka Karena raga hanya luka yang tertunda dan luka adalah cinta yang setia begitu kan katamu? Kadang aku heran pada kesetiaan yang kau tuhankan padahal, telah aku renggut keperawanan rembulan Cahayanya kita habiskan berdua separuh untuk wajahmu separuh untuk cintaku Tapi kau menolak lantaran bulan tak selamanya setia Kadang purnama tertawa kadang tersenyum bahagia bahkan terkadang tidak ada Aku ingin menjadi kunang-kunang saja yang selamanya mencintai malam Katamu, memecahkan kristal di retina Ada apa dengan matamu Sayang? Kenapa merah? Tak apa, aku hanya takut tak bisa menjadi malam yang kau impikan Sudahlah, tak perlu kau pedulikan malam masih ada siang yang akan datang Kemarilah, biar kuusap air matamu dengan bibirku
This entry was posted
on 09.38
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
0 komentar