Subuh masih ragu menampakkan fajarnya
mataharipun kelu menyampaikan sinarnya.
Aku berdiri di depan sebuah pintu
meratapi bocah mungil yang
tengah menyulam mimpi kecilnya
"Maaf Nak, Bapak hanya bisa menyediakanmu mimpi"
Karena dibalik mimpilah
harapan itu tumbuh
kini, tak ada lagi nyanyian kodok yang kelaparan
atau suara jangkrik di pematang, melainkan
suara mesin mobil yang hingar-bingar
sesekali teriakan kondektur tua seberang jalan
"Nak, keluarlah, hadapi duniamu, lalu carilah benih-benih mimpimu semalam"
Disini, tepat di nadimu
kami sisipkan doa-doa dan
harapan
Kopi sisa kemarin masih bisa memoles bibirku
sebab, akhir-akhir ini
istriku sudah jarang ke dapur
katanya, ia lebih suka menyanyi daripada menanak nasi
"Pak, hari ini kita mau makan apa?"
Ah...ternyata cinta tidak selamanya berkuasa
0 komentar