"Kata orang kedokteran merokok dapat merusak kesehatan
Kata orang agamawan merokok itu haram karena mubadzir
Kata orang tua merokok itu cermin dari anak nakal atau brandal
Kata pemerintah merokok dapat menyebabkan kanker, impotensi dan lain-lain"
Tapi kata saya merokok dapat menyehatkan badan, hidup lebih hemat, cermin anak aliem, dan insaAllah 100% Halal.
Saya masih ingat cerita tentang seorang kyai yang mengatakan bahwa beliau tidak merasakan ke-khusuk-an dalam sholatnya ketika belum menghisap rokok, cerita tersebut mungkin memang agak subjektiv tapi saya yakin, yang dirasakan kyai tersebut telah mewakili sekian ribu bahkan jutaan perokok di indonesia khususnya dan perokok di seluruh dunia.
persepsi saya di atas bukan tanpa dasar atau dalil, saya bukan pemabuk yang semua perkataannya hanya keluar dari mulutnya, tanpa terlebih dahulu membaca atau mentelaah sebuah persolan.
Pada permulaan artikel ini saya mengatakan bahwa merokok dapat menyehatkan badan, saya sadar saya bukanlah dokter kesehatan yang tahu banyak tentang kesehatan, akan tetapi saya melihat bahwa sehat disini mempunya banyak arti, saya lebih suka mengartikan kata "sehat" disini sebagai sehat jasmani dan rohani, bukan pada arti "sehat" badan yang seola-olah tidak pernah merasakan sakit.
Peribahasa arab mengatakan al-'aqlu as-salim fil jismi as-salim (akal yang sehat ada pada tubuh yang sehat,) peribahasa ini apabila kita balik menjadi Al-jismu as-salim fil 'aqlu as-salim (tubuh yang sehat ada pada akal yang sehat.) Saya sengaja membalik peribaha tersebut setelah melihat realitas pada lingkungan penduduk-penduduk desa, yang rata-rata pada umur 50 tahun mereka masih bisa mencangkul dan membajak sawahnya, padahal mereka tidak pernah merawat tubuhnya dengan pergi ke dokter atau rutin fitnes, lain lagi ketika kita melihat penduduk-penduduk kota yang masih berumur 30-an tapi sudah mengidap berbagai penyakit kronis di tubuhnya,
Artinya peribahasa tersebut bisa mempunyai bercabang makna, yaitu selain "akal yang sehat ada pada tubuh yang sehat," juga bisa di artikan dengan "tubuh yang sehat ada pada akal yang sehat"
Lalu apa hubungannya dengan rokok?
Jawabannya: "sangat erat sekali." Karena kebanyakan perokok bisa memulihkan pikirannya atau menjernihkan imajinasinya dengan hanya merokok.
Dulu ketika saya di pondok salah seorang guru saya mengatakan bahwa sebelum beliau menulis atau membaca beliau pasti menghisap rokok terlebih dahulu, masih menurut beliau karena baginya "rokok bisa menjernihkan pikiran saya"..
Lalu masih relevankah persepsi yang mengatakan bahwa rokok merusak kesehatan?
Kedua, saya mengatakan bahwa dengan rokok kita bisa hemat, mengapa saya mengatakan demikian?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, saya ingin bercerita tentang kehidupan anak muda Indonesia, di Indonesia harga rokok rata-rata Rp.5.000 sampai Rp.10.000.
Saya ingin mengajak pembaca untuk berpikiran objektiv atau dengan tidak melihat persolan pada satu sisi saja akan tetapai dengan berbagai sisi.
Disini saya ingin menyajikan salah satu hoby sekaligus sebagai contoh yang paling dominan diminati anak muda, diantaranya;
Pertama: nonton bioskop yang harga tiketnya berkisar Rp.15.00 sampai dengan Rp.20.000.
Kedua: balapan sepeda motor yang biasa dikenal dengan nge-trek, kita tahu harga bensin di Indonesia berkisar sekitar Rp.6.000-an per satu liter, dan 1 liter bensin hanya bisa mencapai jarak 40 Km atau 60 Km.
Ketiga: neraktir ceweknya makan, kalau di daerah perkotaan satu porsi makanan berkisar antara Rp.10.00 sampai Rp.15.00, untuk satu porsi, kalu dua porsi berarti sekitar Rp.30.000-an..
Lalu sekarang saya ingin menghubungakannya dengan rokok, manakah yang lebih hemat antara rokok yang harga Rp.5.000 dengan tiket bioskop, bensin buat balapan atau neraktir cewek makan?
Saya pikir jawabannya sudah jelas…!
Ketiga, saya mengatakan bahwa rokok merupakan cermin anak aliem, mungkin persepsi tersebut terlalu provokatif akan tetapi itulah yang terjadi di lapangan. Kalau seandainya orang merokok itu selalu identik dengan anak nakal atau brandal, lantas apakah kyai, pejabat, dan pemerintah yang merokok juga termasuk di dalamnya, padahal kita semua meyakini bahwa kyai, pemerintah dan pejabat adalah imam bagi kita.
Saya pernah membaca sebuah hadits yang berbunyi "maa ra-ahul muslimin hasanan fahua 'inda Allah hasan" (apa-apa yang di anggap oleh mayoritas kaum muslim itu baik maka itu juga baik di sisi Allah,) lalu yang jadi pertanyaan sekarang, apakah sekian ribu atau jutaan oang yang merokok adalah cermin dari keburukan?
Keempat, saya mengatakan bahwa rokok hukumnya halal, pendapat ini berdasarkan qawaid ushul fiqh (kaidah dasar ilmu fiqih)yang mengatakan "Al-ashlu fi Al-asya' Al-ibahah"(Asal mula sesuatu adalah halal,) kita semua tahu bahwa dalam Al-qur'an atau hadits tak ada satupun yang mengharamkan rokok itu artinya semua hal yang tidak bertentangan dengan Al-qur'an dan Hadits adalah seperti asal mula sesuatu yaitu "halal."
This entry was posted
on 06.35
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
0 komentar