Ketika Mataku Sudah Bosan Menjadi Mata  

Diposting oleh defrin

Apa yang kau lakukan ketika aku terkapar sendirian, mencoba melawan sekarat, di ruang gelap yang pengap oleh asap?

Apa yang kau perbuat katika aku tertindih tubuh malaikat, berusaha menentang kodrat yang menjilat sekujur tubuhku hingga karat?

Apa yang kau kerjakan ketika mataku sudah bosan menjadi mata, ketika bibirku sudah bosan menjadi bibir, ketika ragaku sudah jengah menjadi raga, ketika jiwaku sudah hengkang dari sukmanya?

Tak perlu kau jawab, cukup kau ikat saja pertanyaan itu di sela-sela jantung dan hatimu, agar kau tahu, disanalah cinta itu tumbuh, dan dari sanalah cinta itu kambuh.

Hari itu, aku sungguh butuh kamu, butuh dekapan mayamu, butuh belaian ilusimu, butuh bayanganmu, sekedar maya, ilusi dan bayang saja, tidak harus benar-benar nyata dan ada, karena aku sadar, cinta tak mengenal dunia, tengoklah, dunia tuhan dan manusia beda, tapi manusia bisa mencintainya. itulah cinta...

Lantas dimana kau simpan kata Aishiteru-mu itu? yang pernah terungkap dengan airmatamu, yang pernah kau tulis di nadimu, yang pernah kau ukir di otak kirimu, dimana kau simpan kata itu? hanyakah kata yang tak bermakna, yang muncrat akibat gesekan ego dan nafsu?

Masih ingatkah kau, ketika kau lafadzkan Aishiteru, bukan sarengheoo yang kujawab, melainkan bahwa cinta lahir dari rasa dalam jiwa, bukan dari kata dan aksara.

Tiap malam menerjang rembulan, aku selalu berusaha menjadi bintang, yang menyeimbangi kecantikan cahayanya, agar kau terbiasa dengan cahaya kecil tapi tak menyilaukan, sehingga, ketika rembulan kelam oleh awan hitam, kau akan terbiasa dengan lentera kecil buatanku, lalu kau kan tersadar, bahwa cinta tak pernah mengenal kesempurnaan.

Aku pernah menamaimu mentari, aku juga pernah memanggilmu pelangi, tapi dulu, malah aku juga pernah menyebutmu ibu, sekali lagi, itu dulu.
lantas sekarang, adakah mentari pernah ingkar mengelus-elus tubuh bumi? adakah pelangi pernah absen menyetubuhi matahari? adakah seorang ibu tertawa sendiri ketika melihat anaknya mati berdiri?

Terakhir, ingin kukatakan padamu, "kamu TIDAK PERNAH mencintaiku, TIDAK PERNAH, BAHKAN TIDAK AKAN PERNAH".

This entry was posted on 13.47 . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar