Sungguh, tak ada lagi mimpi tentang bidadari, yang sutera gila pujangga, yang diperkosa serigala bermata cinta, lenyap begitu saja. Menyisakan puing-puing dibalik cadar gulita, hanya setapak jejak membekas di labirin nestapa, oh...inikah kehidupan? tapi mengapa hampir mirip dengan kematian? atau jangan-jangan ini kuburan? hanya hitam yang menjawab pertanyaan malam. Siang menabuh genderang, saat anak hujan tengah berlarian di taman, memainkan ilalang yang terbang bersama layang-layang, tapi sayang, tali layangan tersangkut di tubuh seorang perempuan, hingga akhirnya, anak hujan terpaksa pulang sendirian. Langit berlipstik jingga, merayu kabut agar terlelap di dadanya, ia turun mendekati gunung, sesekali mencibir rembulan yang terluka, "Hai Rembulan, bertahankah kau dengan luka di tanganmu?" "Tak tahukah kau arti luka Kawan, ia adalah cinta yang sempurna" Subuh jatuh dalam pelukan mentari, bersamaan dengan daun kering yang tengah menari diatas tubuh bumi, sesekali melirik pada kupu-kupu kecil yang mengais harap diatas selembar anggrek biru. "Malang nian nasibmu Kupu" ucap seekor lebah yang satu sayapnya sudah patah Inikah ujian hidup? atau lebih tepat disebut bertahan untuk hidup? atau mungkin ini adalah salah satu resiko hidup?
This entry was posted
on 02.24
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
0 komentar