Sejatinya, kita yang telah menciptakan jarak dan waktu, kau tentu masih ingat dengan teori Newton, yang mengemukakan bahwa semua benda bersifat diam, kecuali saat mendapat pengaruh dan gesekan dari suatu peristiwa.
Dan pergerakan jarak dan waktulah yang telah membuat raga kita ada, tanpanya, kita tak kan pernah mengenal pertemuan, perpisahan, percintaan, persahabatan, hingga lahirlah fenomena dan kejadian yang membentuk kualitas fisik bereksistensi, lantas mengapa kau selalu bersedih akan adanya jarak dan waktu?
Katamu, "jarak dan waktulah yang memisahkan kita", hipotesamu sungguh keliru Sayang, karena tanpa kau sadari, jaraklah yang telah menyatukan kita, dan waktulah yang kan pertemukan esensi kita.
Tentu kau sudah tahu tentang konsep Trinitas yang dianut umat Kristiani, tentang hakikat sebuah peleburan, yang mengawinkan antara tuhan bapak, tuhan anak, dan roh kudus menjadi satu kesatuan, satu esensi, satu dzat Esa, Tuhan.
begitu pula dengan manusia yang mencakup tiga kesatuan (raga, jiwa, dan roh), Aku, Kamu, dan Dia.
Jika kau mau berusaha memahami misteri yang melingkar dalam jarak dan waktu, maka kau akan temukan tiga garis yang selalu berhubungan dan tak bisa dipisahkan, ketiga garis itu akan melahirkan sebuah sketsa segitiga, yang akan membernarkan teori Euclid, tentang jumlah ketiga sudut di suatu segitiga adalah setengah lingkaran -180 derajat-, (Kehidupan, Pertemuan, dan Kematian).
"Apakah teori itu juga berlaku pada dunia maya"
Semua yang ada dalam dunia ini, sejatinya adalah nyata, sedangkan maya, hanya sebuah nama yang dibuat oleh sejarah, tidak ada dunia yang terpisah dari jarak dan waktu atau jarak dan waktu yang terpisah dari dunia, yang satu tidak mungkin ada tanpa yang lainnya, karena keduanya merupakan satu kesatuan yang menyebabkan timbulnya kenyataan; ADA.
Kau boleh saja percaya dengan adanya maya, tapi kau juga harus yakin, bahwa dunia mayapun tidak akan pernah terlepas dari jarak dan waktu, yang benar-benar nyata dan terasa.
Pun yang terjadi pada Tuhan, secara inderawi, Tuhan adalah maya, karena tak terlihat oleh mata, yang dalam ajaran Hindu ada sebelas panca indera yang dikenal dengan "eka dasa indriya", indera yang kesebelaslah yang menentukan maya dan tidaknya Tuhan, ialah "pikiran", dan secara tidak langsung, kita telah mengamini konsep Albert Einstein tentang hukum relatifitas.
Lalu kau diam, mengunci ruang dan waktu yang hanya ada kita berdua.
"Sayang, mampukah jarak dan waktu berpisah?"
This entry was posted
on 16.18
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
0 komentar